Minggu, 29 November 2015

Bisnis Kebencian


Dalam ilmu psikologi, Dr. Sigmund Freud mendefinisikan benci sebagai pernyataan ego (ke-akuan) yang ingin menghancurkan sumber-sumber ketidak bahagiaannya. Menurut Penguin Dictionary of Psychology (Wikipedia) benci adalah emosi yang dalam dan bertahan kuat, yang mengekspresikan permusuhan dan kemarahan terhadap seseorang, kelompok, atau objek tertentu.

Rasa benci ini rupanya dimanfaatkan oleh oknum tertentu untuk mendapatkan keuntungan. Bagaimana caranya?

Orang-orang yang mempunyai rasa benci akan mudah terprovokasi oleh sesuatu yang mendukung rasa kebenciannya terhadap seseorang atau sesuatu, biasanya dengan cara mengadu domba pihak-pihak tertentu, maka akan terjadi peperangan. Perang biasanya akan menimbulkan banyak kerugian dan kerusakan. Misal saja kerusakan rumah-rumah, maka hal itu akan menguntungkan perusahaan yang membangun kembali rumah-rumah tersebut. Perang juga membutuhkan senjata. Produsen-produsen senjata akan mendapat keuntungan besar dalam hal ini.

Bisnis ini sebagian besar menggunakan isu agama. Karena agama adalah hal yang sangat sensitif. Kemudian banyak orang yang percaya bahwa agamanya yang paling benar, sedangkan agama yang lain salah, akan mudah untuk dipengaruhi pikirannya dan mereka akan melakukan apa saja untuk membela agamanya.

Melihat fenomena di atas, seharusnya kita lebih waspada agar kita tidak mudah terpengaruh dengan hal tersebut. Perlu kita tanamkan pada diri kita bahwa kita harus yakin dengan keyakinan kita masing-masing, namun tidak boleh menyalahkan kepercayaan orang lain karena itu hak masing-masing individu. Lebih baik kita perbaiki apa yang kurang dari diri kita.

Minggu, 15 November 2015

Terrorists Have No Religion



Jumat, 13 November 2015 malam, Kota Paris, Prancis diguncang oleh serangkaian serangan teror. Dalam peristiwa itu, lebih dari 158 orang tewas. Ada 7 tempat yang dijadikan sasaran serangan teror, diantaranya Gedung Konser Batarclan yang sedang berlangsung sebuah konser band, yang menewaskan sekitar 118 orang. Rangkaian serangan ini dilatarbelakangi pembelaan suatu kelompok tertentu.




Sering kita mendengar bahwa serangan teror selalu dilatarbelakangi dengan alasan yang sama yaitu membela suatu kelompok tertentu, berjuang di jalan agama, dan sejenisnya. Mereka yang melakukan serangan teror tersebut merasa bahwa kelompok yang mereka bela adalah benar, dan yang tidak mengikuti mereka adalah salah, maka kelompok selain mereka harus dimusnahkan. Jika mereka melakukan serangan teror tersebut berdasar karena berjuang di jalan agama, mereka akan mengatakan bahwa serangan tersebut atas dasar perintah agama yang mereka anut.

Padahal menurut saya, semua agama selalu mengajarkan perdamaian. Tujuan agama adalah untuk keselamatan. Tidak ada agama yang mengajarkan untuk memaksakan keyakinan tertentu pada orang lain. Mereka yang melakukan serangan-serangan teror tersebut tidaklah mempunyai agama, Jika mereka mempunyai agama, seharusnya mereka menghargai pilihan orang lain dan tidak memaksakan keyakinan pada orang lain. Mereka bisa menyebarkan ajaran agama dengan cara yang lebih manusiawi. 

Apakah Tuhan menyukai cara-cara yang tidak manusiawi seperti serangan teror itu? Padahal Tuhan adalah Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pengampun. Dan cara-cara yang tidak manusiawi itu sama sekali tidak mencerminkan sifat-sifat Tuhan tersebut.

Sudah seharusnya sebagai manusia, dan "mengaku" beragama, memanusiakan manusia. Tebarkan rasa cinta kasih dengan sesama manusia. Jadikan dunia ini damai dan aman, dan dunia yang lebih memanusiakan manusia.




Cindy Permata Putri





Senin, 09 November 2015

Kebaikan dengan Ketulusan

Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia tidak bisa hidup tanpa manusia yang lain, sesama manusia saling membutuhkan satu dengan yang lainnya.

Dengan adanya konsep manusia makhluk sosial, maka tolong menolong merupakan salah satu kegiatan yang mendukung konsep tersebut.

Untuk mewujudkan hal tersebut, beberapa waktu yang lalu, saya dan teman-teman saya melakukan proyek kebaikan dengan menolong sesama yang membutuhkan bantuan.

Hari pertama, kami berbagi makanan kepada orang-orang yang membutuhkan. Salah satu orang yang kami bagikan makanannya yaitu seorang bapak tukang sapu perumahan. Tukang sapu ini sehari-harinya menyapu dari pagi hingga sore. Pendapatan yang didapatnya per bulan sekitar 240 ribu rupiah.




Walaupun beliau mendapatkan penghasilan yang pas-pasan dan harus menghidupi 3 orang anak, namun Bapak ini mengungkapkan bahwa kita sebagai manusia harus selalu bersyukur kepada Tuhan dan tidak lupa untuk selalu berdoa



Hari kedua, kami mencoba untuk merasakan bagaimana jika kita berada di posisi mereka yang kesusahan untuk mencari uang. 
Kali ini kami mencoba berjualan koran di lampu merah. Kami bertemu dengan anak-anak yang biasanya berjualan di kawasan tersebut.


  


Pertama, kami meminta izin terlebih dahulu pada ibu dari anak-anak tersebut. Ibu tersebut bercerita bahwa anak-anaknya bekerja sepulang sekolah hingga pukul 8 malam. Penghasilannya pun tidak menentu.

Setelah bercerita dan meminta izin, kami pun mulai berjualan. Ternyata, tidak semudah yang kami kira. Panasnya sangat terik dan koran yang kami jajakan belum juga terjual. Dengan panas yang sangat terik tidak menyurutkan semangat anak-anak saat berjualan koran. Mereka terlihat sangat menikmati suasana tersebut. Mereka tertawa dengan riang. Mereka sepertinya menganggap pekerjaan ini sebagai suasana permainan yang mengasyikkan bagi mereka.








Berikutnya, kami mengadakan kunjungan ke Panti Asuhan Ar-Rodiyah yang berada di daerah Meteseh, Semarang. Kehadiran kami disambut dengan hangat oleh pengurus dan pengelola panti.



Kami datang pada sore hari, yaitu saatnya anak-anak di panti belajar mengaji. Kami pun turut serta belajar mengaji. Salah satu dari kami mengajar mengaji anak-anak tersebut.
Suasana belajar mengaji saat itu sangat menyenangkan. Anak-anak dengan semangat belajar membaca Al Quran.

Di tengah keterbatasan tersebut, anak-anak panti menunjukkan bahwa walaupun dengan keadaan mereka, mereka tetap bisa bahagia dan tentunya masih ingat dengan Sang Pencipta dengan rajin beribadah dan belajar membaca Al Quran.


Kita yang memiliki orang tua lengkap dan masih bisa berkumpul dengan keluarga sudah seharusnya kita bersyukur kepada Tuhan dan ingat kepada Tuhan.

Pada akhirnya, kami dapat mengambil pelajaran dari semua kegiatan kebaikan yang kami lakukan yaitu bersyukurlah dengan apa yang kita miliki saat ini. Banyak orang yang belum bisa seberuntung diri kita. Jangan pernah menyia-nyiakan rezeki yang telah Tuhan berikan pada kita.

Tuluslah dalam berbagi kebaikan pada sesama, karena perbuatan baik yang datang dari hati akan membawa kedamaian dan juga tidak hanya memberi kebahagiaan pada orang yang kita beri bantuan namun juga kebahagiaan bagi diri sendiri.

Dan keterbatasan bukan alasan untuk tidak melakukan kebaikan terhadap sesama, namun ditengah keterbatasan itulah kita juga tetap menolong orang lain sesuai dengan kemampuan kita.





Cindy Permata Putri

Selasa, 27 Oktober 2015

Peaceful, wonderful

Saat ini penduduk di dunia mencapai sekitar 6 miliar jiwa. Di antara mereka terdiri dari ras, suku, dan agama yang berbeda. Agama sendiri di dunia ini jumlahnya mencapai sekitar 4.200 agama.

Sebagai manusia, tentunya kita harus menghargai perbedaan tersebut. Namun, masih saja banyak terjadi perang, kerusuhan, dan kejadian buruk lainnya yang disebabkan oleh perbedaan tersebut, terutama perbedaan agama.

Padahal, Tuhan sendiri menciptakan perbedaan tersebut agar manusia di dunia ini saling mengenal.
Sebagaimana Surat Al-Hujurat ayat 13:
 "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal"

Dalam Islam, dikenal hubungan atau persaudaraan antar manusia atau ukhuwah basyariyah. Dengan ukhuwah basyariyah, seseorang melihat orang lain sebagai sesama manusia, bukan melihat apa agamanya, sukunya, bangsanya, golongannya, identitasnya, dan lainnya. Untuk membangun ukhuwah basyariyah, maka yang diperlukan adalah adanya kesamaan pandangan bahwa manusia memiliki perbedaan dan perbedaan bukan menjadi penghalang mengedepankan kerukunan dan keteraturan.

Hal ini sesuai dengan surah Al-Mâ’idah ayat 32:
Barang siapa membunuh seorang manusia tanpa alasan yang kuat, maka dia bagaikan telah membunuh seluruh umat manusia. Sebaliknya, barang siapa menolong seseorang, maka ia telah menolong seluruh manusia.”

Pada hakikatnya, agama apapun menginginkan agar para pemeluknya menjadi manusia yang bertaqwa kepada Tuhannya. Dia tidak mengingkari terhadap semua nikmatnya dan mensyukuri terhadap semua pemberiannya dan penciptaannya. Yang membedakan antara satu dengan lainnya adalah kualitas keimanannya.

Persatuan dan kesatuan antar umat sebangsa perlu dijaga agar tidak terjadi perpecahan dalam bangsa tersebut seperti terjadi kerusuhan, perselisihan, dan kehancuran bangsa itu sendiri.

Marilah kita saling berangkulan menjaga perdamaian dunia ini. Hormati dan hargai keyakinan sesama. 


"Bagimu agamamu, bagiku agamaku." (Q.S. Al Kafirun: 6)




Syukran katsiran :)




Cindy Permata Putri

Kamis, 22 Oktober 2015

Halo

Hi, readers!
Ini adalah blog keduaku. Blog ini dibuat khusus untuk memberikan informasi tentang Islam. 
Terus support blog ini dengan cara memberikan komentar pada post yang aku publikasikan.
 
Kunjungi juga blog pertamaku http://cindypermataa.blogspot.co.id/ atau langsung klik First Blog pada bagian bawah judul blog ini.

Thanks for visit and support. Have a nice day! 

Syukran katsiran,


Cindy Permata Putri
 

Template by BloggerCandy.com | Header Image by Freepik